Dalam sebuah artikel opini New York Times baru-baru ini, Leigh Stein, seorang milenial nonreligius, mengajukan pertanyaan mendalam berikut: "Bagaimana pengguna Instagram menjadi otoritas moral (kaum milenial)?"
Ketika selebritas dan para pemberi pengaruh media sosial terhubung secara daring dengan generasi milenial yang tengah mencari harapan, mereka dengan mudah menjadi pemimpin semispiritual. Stein menyebut mereka "Instavangelis" (penginjil Instagram - Red.) karena mereka menggunakan platform media sosial seperti Instagram untuk menjalankan pesan dan janji pengharapan mereka, seperti para penginjil Kristen pada tahun 1950-an.
Ini adalah perbandingan yang seharusnya membuat orang Kristen memperhatikan dan bertindak: secara daring, generasi milenial menemukan dan mengikuti pengkhotbah Injil palsu dan menjadi murid digital mereka. Stein menjelaskan: "Kaum wanita Amerika sangat membutuhkan energi yang baik, keterampilan mengatasi kehidupan modern, dan langkah-langkah proaktif," dan mereka mencari jawaban modern untuk pertanyaan-pertanyaan spiritual. Mereka telah menciptakan Injil, kitab suci, dan teologi fungsional yang berpusat pada diri sendiri yang merupakan "campuran dari ortodoksi politik sayap kiri, feminisme interseksional, optimalisasi diri, terapi, kesehatan yang baik, astrologi, dan Dolly Parton."
Kemungkinan besar Anda mengenal seseorang yang tengah mencari jawaban atas pertanyaan terbesar dalam hidup dari seorang bintang terkenal di Instagram. Namun, ketika jawaban mereka terbukti kosong, pencarian mereka akan dimulai lagi. Dan, Anda mungkin dapat menjadi pemberi pengaruh yang dipakai oleh Roh Kudus untuk menuntun mereka menuju pengharapan yang sejati dan abadi dalam Kristus.
Renungkan tiga cara orang Kristen dapat melayani generasi milenial dalam budaya Instavangelis yang kosong.
1. Bekerja dengan rendah hati, untuk membawa pengetahuan yang benar.
Orang Kristen yang ingin membantu sesama milenial mereka perlu memulai dengan berempati terhadap kebutuhan milenial dengan memulai dengan sikap rendah hati, seperti yang Yesus lakukan. Tanpa pengorbanan-Nya, kita juga akan menjadi penyangkal Allah yang egois, mencari jawaban selain dari Kristus.
Kita dapat dengan ramah mengenali keinginan berdosa generasi milenial karena kita juga memiliki keinginan kita sendiri. Kita tahu bagaimana telinga yang gatal pernah menggoda kita untuk mengumpulkan "guru-guru ... yang sesuai dengan keinginan [kita]" (2Tim. 4:3, AYT) dalam rangka menemukan harapan. Daripada mempermalukan generasi milenial, beri mereka pujian karena mau mengakui kebutuhannya dan mencari bantuan.
Inti dari budaya Instavangelis adalah keinginan untuk memberikan jawaban berpengharapan kepada orang-orang yang merasa hampa. Keinginan untuk merasa dipenuhi bukanlah sesuatu yang salah; yang salah adalah mengisi kekosongan tersebut dengan pengganti yang lebih rendah. Pengalaman orang yang belum percaya ketika mengalami kekosongan adalah kesempatan bagi orang Kristen untuk mengisi hati dan pikiran sesamanya dengan pengetahuan yang benar tentang Kristus. Allah memenuhi orang-orang yang pertama-tama diampuni-Nya terlebih dahulu. Yang terhilang akan tetap merasa kosong sampai mereka dipenuhi dengan harapan keselamatan dari Kristus.
Ketika seorang teman wanita mengumumkan di Instagram bahwa dia gagal mendapatkan pekerjaan impiannya dan halaman unggahannya dipenuhi dengan kata-kata seperti "Kamu akan sampai di sana!" atau "Kamu bisa!" -- dia akan membutuhkan teman yang tidak mendorongnya untuk berusaha lebih keras atau percaya lebih lama. Dia membutuhkan dorongan untuk merenungkan keputusasaannya secara alkitabiah, dengan janji-janji Allah yang menjadi miliknya dalam Kristus Yesus.
Dia perlu belajar untuk mengidentifikasi dan menghancurkan argumen serta pendapat angkuh yang "menentang pengenalan akan Allah" (2Kor. 10:5). Dia membutuhkan Roh Kudus untuk menyingkapkan "penipuan kosong" dan memenuhinya dengan pengetahuan tentang kepenuhan Kristus.
2. Bekerja untuk berinvestasi dalam pemuridan kehidupan nyata.
Para pemberi pengaruh media sosial dan Instavangelis jarang terlibat atau menindaklanjuti generasi milenial yang mencari bantuan mereka. Ketika unggahan daring menarik komentar rentan pembaca, pembaca sering mengalami keheningan digital. Stein menyebut hubungan ini "pengakuan tanpa penerima pengakuan". Kitab Suci menyebutnya "domba tanpa gembala" (Mat. 9:36).
Sebagai pribadi yang telah mengalami tuntunan lembut Sang Gembala, kita harus menjadi orang pertama yang menunjukkan kepedulian-Nya yang penuh kasih kepada orang lain. Dan, bagi generasi milenial, kelembutan dan kasih sayang -- atau kurangnya sifat-sifat tersebut -- sering kali pertama kali dicerminkan oleh tampilan daring kita.
Sudahkah kita mempertimbangkan bahwa setiap kata yang kita ketik secara daring berpotensi menarik dan mengumpulkan orang lain kepada Yesus, atau mengusir dan mencerai-beraikan pengembara yang tersesat? Kata-kata daring kita harus menjadi titik masuk yang ramah dan bersifat percakapan, yang mengundang orang lain ke dalam hidup kita.
Meskipun baik untuk menyampaikan kasih Kristus secara daring dan menggembalakan orang-orang yang belum percaya melalui berbagai unggahan dan DM, sarana komunikasi ini terbatas. Berdoalah agar teman daring Anda bersedia berinvestasi dalam kehidupan nyata, melalui kegiatan pemuridan. Bertemu secara langsung akan memungkinkan Anda untuk mendekat, untuk melihat luka yang perlu disembuhkan, untuk berdoa dan membaca Kitab Suci bersama-sama, bahkan mungkin untuk memberikan pelukan yang nyata atau makanan yang hangat.
Generasi milenial perlu mengalami karunia baik dari persekutuan Kristen secara langsung. Renungkanlah tentang generasi milenial yang sedang Anda ikuti dan siapa yang mungkin Anda undang untuk minum kopi bersama. Bekerjalah secara daring dan luring, berinvestasi dalam persahabatan untuk tujuan pemuridan.
3. Kumpulkan domba-domba Allah ke padang rumput gereja yang aman.
Artikel Stein diakhiri dengan catatan menyentuh ini: "Bukannya membantu (generasi milenial) untuk terlibat dengan pertanyaan terpenting kita, layar gawai kita mungkin malah mengalihkan perhatian kita dari mereka. Mungkin kita benar-benar perlu pergi ke tempat seperti gereja?" Saya setuju. Silakan masuk.
Jangan mengejutkan generasi milenial; sambut mereka dengan hangat. Saat kaum milenial yang belum percaya atau yang sedang dalam pencarian memasuki pintu gereja kita, ingatlah bahwa melakukan hal demikian bukanlah langkah kecil. Kemungkinan mereka sedang memindahkan pencarian mereka secara luring dan mencari jawaban dan komunitas yang nyata. Saat mereka dengan berani melangkah keluar dari anonimitas daring dan masuk ke gereja yang penuh dengan orang asing, sambut mereka sebagaimana Kristus akan menyambut mereka: dengan penuh kasih sayang.
Sebagai anggota tubuh Kristus yang bersyukur, kita memiliki hak istimewa untuk membantu kaum milenial menyesuaikan diri terhadap berkat yang diterima karena tinggal di kandang domba, dirawat oleh seorang gembala duniawi, dan dikenal serta dikasihi oleh keluarga Allah.
Saat kaum milenial mengamati kehidupan kita atau memasuki gereja kita, apakah mereka ingin tahu lebih banyak? Apakah mereka melihat mengapa orang Kristen suka berkumpul bersama setiap minggu, dalam kehidupan nyata? Tunjukkan bagaimana gereja lokal menjadi berkat yang baik dalam hidup Anda karena pilihan Anda untuk berkumpul bersama, memecahkan roti bersama, merayakan tata cara bersama, mendengarkan firman Allah bersama, dan berdoa bersama.
Adakah kaum milenial yang tengah mencari, yang bisa Anda doakan dan mulai Anda jadikan teman? Mintalah kepada Tuhan untuk memberi Anda kesempatan untuk menyambut kaum milenial ke dalam hidup Anda dan rumah persekutuan Anda. Undanglah mereka untuk mempelajari Kitab Suci sambil minum kopi. Mintalah mereka untuk menghadiri kelompok kecil atau pertemuan ibadah gereja Anda. Anda tidak harus sepaham dalam segala hal untuk memulai persahabatan yang ramah. Anda dapat melayani kaum milenial dengan cara menjadi pendengar yang baik, mengajukan pertanyaan mendalam, dan mencari peluang untuk membagikan Injil yang benar.
Bersabarlah dengan Para Domba
Wahai orang Kristen, kita bukanlah -- seperti begitu banyak Instavangelis -- pedagang, melainkan pria dan wanita yang tulus, yang ditugaskan oleh Allah (2Kor. 2:17). Berbicaralah tentang Kristus kepada kaum milenial secara daring dan luring. Bawalah pengharapan-Nya kepada dunia yang lelah terhadap janji-janji kosong. Anda tidak perlu memiliki platform daring berukuran setara selebritas, atau bercita-cita menjadi Billy Graham atau Elisabeth Elliott dari generasi ini untuk menunjukkan kasih Anda yang konsisten kepada Yesus kepada orang lain. Bersabarlah; Allah sudah bekerja memimpin domba-domba-Nya yang hilang untuk mengikuti langkah mereka yang mengikuti Yesus. Anda dapat percaya bahwa Dia akan menggunakan kehidupan biasa Anda, dengan kasih karunia-Nya, sebagai sumber pengaruh dan penginjilan untuk memajukan kerajaan-Nya. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
Alamat situs | : | https://www.thegospelcoalition.org/article/instavangelists-disciples/ |
Judul asli artikel | : | 'Instavangelists' Are Making Disciples. Are You? |
Penulis artikel | : | Lindsey Carlson |