admin

Latest posts

Prinsip-Prinsip Alkitabiah dalam Pemuridan Kaum Muda

Larry Lindquist

Mengartikan pemuridan bisa menjadi sangat sulit. Waktu itu, saya merasa seperti Duke Ellington, seorang komposer jazz besar, yang ditanya tentang definisi dari ritme. "Jika Anda dapat memahaminya (ritme - Red), Anda tidak memerlukan definisi apa pun," dia menanggapi. "Dan, jika tidak bisa memahaminya, tidak ada satupun definisi yang dapat membantu."

Gereja dan Pemuridan

Oleh Jay Bauman

Ketika saya berumur empat belas tahun, pekerjaan musim panas pertama saya: sebagai pemandu wisata sejarah. Saya menjadi pemandu wisata sebuah situs sejarah terkenal di sebuah kota kecil tua di bagian atas Midwest, Amerika Serikat.

Tiga Manfaat dari Pemuridan

Oleh Trillia Newbell

Apa yang terjadi ketika Anda mendapatkan sebuah grup wanita di dalam sebuah ruangan untuk mendiskusikan hidup dan pelayanan?

Bicara. Berbicara banyak. Dan, pertanyaan. Lebih banyak pertanyaan daripada yang Anda bisa bayangkan. Mengapa? Karena kita membutuhkan satu sama lain, dan terkadang hidup bisa jadi membingungkan dan termasuk keadaan yang tidak dapat diatasi. Saat saya menghadapi kondisi seperti ini, saya diingatkan akan pentingnya pemuridan.

Tantangan Pemuridan

Pemuridan itu penting karena melengkapi bagaimana orang Kristen akan "mencapai kepenuhan Kristus" (Efesus 4:13). Pada titik paling dasar, pemuridan membutuhkan pelayanan kepada keseluruhan pribadi oleh seluruh jemaat dengan seluruh kabar baik tentang "karunia rohani kita." 1 Pendeta Calvary Chapel tentunya mengetahui hal ini karena pendiri kami, Chuck Smith, handal dalam pemuridan.

Memuridkan Segala Generasi

oleh Brad Waller

Untuk pertama kalinya dalam sejarah negara kita, empat generasi tinggal dan bekerja bersama-sama. Ada generasi Traditionalis (lahir 1925-1945), Baby Boomers (1946-1964), Generasi X (1965-1980), dan ledakan demografis berikutnya, Millennials (1981-1999). Masing-masing generasi ini telah secara unik dipengaruhi oleh dunia di mana mereka dibesarkan.

Memuridkan

Memuridkan

Ketika saya memulai seminari pada tahun 1967, perintah Yesus dalam Matius 28:18-20 untuk "jadikanlah semua bangsa murid-Ku" mengherankan saya. Ada sesuatu yang samar dan misterius tentang hal itu, yang tampaknya hanya dipahami oleh sedikit calon sarjana. Pada saat yang sama, kata-kata Yesus menuntut pemahaman dan perbuatan, dan ini mengawali sebuah perjalanan tentang usaha untuk memahami dan melakukan "memuridkan." Setelah tiga puluh empat tahun menggembalakan di Amerika Serikat dan sekarang tujuh tahun sebagai guru seminari di Uganda, saya pun masih terus belajar.