Disiplin Perbuatan Baik

Sama seperti perbuatan baik itu penting bagi Allah terkait dengan cakupannya, perbuatan baik itu juga penting bagi-Nya sehubungan dengan tujuan mereka bagi gereja, dunia, pengudusan kita, dan kemuliaan Allah.

Ada orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan Injil didemonstrasikan kepada mereka melalui perbuatan baik yang dilakukan dengan hati yang diubahkan oleh Injil itu.
 

Ada bagian Alkitab yang mengejutkan di Galatia: "Jangan kita menjadi lelah berbuat baik. Jika musimnya tiba, kita akan menuai asalkan kita tidak menyerah. Karena itu, jika kita mendapat kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, khususnya kepada keluarga dalam iman" (Gal. 6:9-10, penekanan oleh saya). Bagian ini membuat saya terperanjat karena hal itu secara langsung menunjuk pada prioritas melakukan perbuatan baik terlebih dahulu di dalam keluarga gereja kita. Selama bertahun-tahun saya menganggap penginjilan sebagai upaya tertinggi yang dapat dilakukan seorang Kristen, jadi ini benar-benar menarik perhatian saya. Kita tidak bisa mengabaikan untuk memperhatikan orang-orang yang belum percaya, tetapi keluarga kita -- yaitu, keluarga Allah -- adalah yang utama. Dalam banyak kasus, perbuatan-perbuatan yang digambarkan dalam Kitab Suci adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan untuk melayani keluarga. Perbuatan baik penting bagi Allah karena mereka mendukung dan memelihara kebutuhan keluarga-Nya di bumi ini. Akan tetapi, tujuan Allah untuk perbuatan baik melampaui keluarga-Nya sendiri.

Demi Dunia

Perjanjian Lama berulang kali berbicara tentang tanggung jawab umat Allah untuk membantu orang miskin. Praktik "memungut", yang mengizinkan orang untuk mengumpulkan sisa tanaman dari ladang yang telah dipanen oleh petani, adalah salah satu ketentuan yang ditetapkan oleh orang Israel untuk menyediakan makanan bagi orang miskin: "Bila kamu memanen ladangmu, jangan memanen seluruh ladang sampai ke ujungnya. Jangan memungut hasil panen yang tertinggal dari penuaianmu. ... Tinggalkanlah itu bagi orang miskin dan pendatang" (Im. 19:9-10, AYT). Kita diinstruksikan berkali-kali untuk tidak mengabaikan orang miskin (lihat Ayub 31:16-22; Yes. 58:7; Mat. 25:34-36; Yak. 1:27; 2:1-7).

Tetapi Kitab Suci jelas dari Kejadian sampai Wahyu menyatakan bahwa yang lebih penting daripada kebutuhan fisik manusia adalah kebutuhannya akan Allah sendiri. Yesus memiliki belas kasihan untuk kebutuhan fisik orang, tetapi Dia selalu menjelaskan bahwa kebutuhan rohani seseorang bahkan lebih besar. Dia berkata, "Ada tertulis, 'Manusia bukan hidup dari roti saja, tetapi oleh setiap firman yang keluar melalui mulut Allah'" (Mat. 4:4, AYT). Dan juga, "Akulah roti hidup; orang yang datang kepada-Ku tidak akan lapar lagi" (Yoh. 6:35, AYT). Perbuatan baik kita dimaksudkan untuk menjadi sarana bagi tujuan ini -- untuk membuat Injil dikenal.

Teman saya Linda mempelajari hal ini melalui pengalaman yang tidak menyenangkan. Dia dan keluarganya telah kembali dari pelayanan misi yang sulit di Filipina. Mereka pindah ke kondominium baru, dan dia senang ketika akhirnya memiliki rumah sendiri. Saya melihat saat dia mendekorasi ruangan dengan keterampilan artistiknya. Saya selalu iri padanya karena bisa membuat sesuatu yang indah hanya dengan sedikit usaha. Dan benar saja ketika dia selesai, kondominium itu sangat indah. Ketika Anda masuk, hal pertama yang menarik perhatian Anda adalah pintu kaca besar yang mengarah ke teras tertutup -- sebuah oasis taman.

Linda senang berada di tempat yang tenang dan terpencil ini. Itu adalah tempat aman kecilnya -- tempat untuk berdoa dan membaca Kitab Suci. Namun kegembiraan dan kesendiriannya berumur pendek. Sebuah keluarga baru pindah di sebelah. Kedua kondominium itu dipisahkan oleh sebuah dinding, begitu pula dengan terasnya. Para tetangga bukanlah keluarga yang tenang, dan tembok bersama itu tipis. Rumah baru Linda yang indah telah kehilangan daya tariknya dalam semalam.

Tetangga baru itu kasar -- tidak sopan dalam kata-kata dan tindakan. Orang-orang dewasa meneriakkan kata-kata kotor satu sama lain dan kepada anak-anak mereka. Anak-anak itu nakal dan kotor. Seluruh bagian luar kondominium mereka mulai rusak; halaman rumput ditumbuhi rumput liar, dan tirai jendela sudah rusak dan sobek. Yang terburuk, anak-anak terkadang buang air kecil di luar jendela. Linda sudah kehabisan akal. Dia sering menceritakan kepada saya tentang frustrasinya terhadap situasi ini.

Dia tahu bahwa dia harus "menjangkau" orang-orang malang ini, tetapi dia menghadapi sedikit masalah: Dia membenci mereka. Mereka menghancurkan hidupnya! Tepat ketika dia berpikir dia tidak bisa bertahan lagi, dia pulang dan menemukan kejutan yang mengerikan. Saat dia membuka pintu untuk memasuki rumahnya, matanya tertuju ke pintu kaca yang menuju ke teras. Sebelum dia menutup pintu, dia sudah mulai menjerit, dan saat pintu tertutup, dia menangis dan berteriak frustrasi. Anak laki-laki dari sebelah telah memanjat pagar teras penyekat dan menyemprotkan cat oranye ke seluruh terasnya yang indah -- taman, perabotan, dan pagar.

Sementara dia menangis, dia mulai berdoa: "Tuhan, saya benci tetangga ini. Saya tahu bahwa saya seharusnya mengasihi mereka, tetapi saya tidak memiliki sedikit pun kasih untuk mereka." Saat dia berdoa, dia membuka Alkitabnya dan mulai membaca di Kolose 3:12-14 (AYT): "Jadi, sebagai orang-orang pilihan Allah, yang kudus dan yang dikasihi, kenakan padamu belas kasih, keramahan, kerendahan hati, kelembutan dan kesabaran. Sabarlah seorang terhadap yang lain, dan saling mengampunilah jika ternyata ada seorang yang bersalah terhadap yang lain. Sama seperti Tuhan telah mengampunimu, maka kamu juga harus saling mengampuni. Di atas semua itu, kenakanlah kasih ...."

"Bagaimana cara mengenakan kasih?" dia berseru kepada Tuhan. "Hati saya penuh dengan kebencian." Dengan lembut, Tuhan mulai menjelaskan kepadanya. "Bagaimana cara mengenakan mantel?" dia bertanya pada dirinya sendiri. "Saya mengambil tindakan yang disengaja; Saya mengangkat lengan saya dan memasukkannya ke dalam lengan baju." Mengenakan kasih harus sedikit seperti itu, pikirnya. Kemudian dia bertanya pada dirinya sendiri, "Apa yang akan saya lakukan jika saya mengasihi tetangga ini?" Dia mengeluarkan pensil dan kertas dan mulai membuat daftar:

  1. Saya akan memanggang kue untuk mereka.
  2. Saya akan mengundang wanita itu untuk minum kopi.
  3. Saya akan menawarkan untuk mengasuh anak. (Mustahil!)

Saat dia melanjutkan daftar itu, dia menyadari bahwa dia dapat melakukan tindakan kasih -- perbuatan baik -- dan percaya bahwa Allah akan memberikan perasaan yang dibutuhkannya pada waktunya. Dan itulah yang sebenarnya terjadi.

Dengan banyak ketakutan dan banyak doa, dia mulai secara sistematis melakukan hal-hal yang ada dalam daftarnya. Hari pertama di mana dia memanggang kue dan menemui wanita tetangganya itu sangatlah berkesan. Tetangganya itu sangat tersentuh dengan kebaikan Linda, dan Linda tersentuh ketika dia mulai memahami pasangan ini.

Pada bulan-bulan berikutnya dalam kunjungan berulang sambil minum kopi, wanita itu mencurahkan isi hatinya kepada Linda. Linda mengetahui bahwa anak-anak itu bukan anak-anak mereka sendiri. Mereka menerima anak-anak itu ketika kerabat telah meninggalkan mereka. Meskipun dia dan suaminya sendiri kurang berpendidikan, tapi mereka melakukan yang terbaik yang mereka bisa untuk membantu anak-anak tunawisma ini. Linda mulai melihat mereka dari sudut pandang yang berbeda. Tinggal di sebelah mereka tidak menjadi lebih mudah, dan terkadang mengasuh anak mereka membuatnya kewalahan. Namun ketika dia mulai menjadi terang bagi Injil, sesuatu terjadi pada Linda.

Sekitar setahun kemudian, Linda menelepon saya. Dia menangis. Hanya saja kali ini dia menangis bukan karena sesuatu yang dilakukan tetangganya, melainkan karena mereka pindah, dan Linda benar-benar sedih. Dia menyadari bahwa Allah telah menggunakan dia untuk membantu keluarga ini, tetapi dia tahu bahwa Allah telah menggunakan mereka untuk menguduskannya. Ketaatan pada firman Allah telah mengubah hatinya yang penuh kebencian menjadi kasih.

Ada orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan Injil didemonstrasikan kepada mereka melalui perbuatan baik yang dilakukan dengan hati yang diubahkan oleh Injil itu. Tidaklah cukup memberi kepada orang yang membutuhkan jika yang kita lakukan hanyalah memenuhi beberapa kebutuhan materi, meskipun kebutuhan tersebut bukannya tidak penting. Teman, rekan kerja, dan tetangga kita (bahkan yang sulit sekalipun) membutuhkan Roti Hidup, Tuhan Yesus Kristus. Perbuatan baik apa yang telah Dia rancangkan untuk Anda lakukan dalam hal ini?

Demi Saya

Apa yang terjadi pada teman saya Linda menggambarkan bahwa ketika kita tunduk pada firman Allah tentang berbuat baik, sesuatu yang berharga terjadi pada kita. Allah telah memanggil kita untuk menjadi orang yang berbuat baik bahkan ketika menghadapi kesulitan. Pengudusan yang terjadi di dalam hati kita hanyalah hasil sampingan dari ketaatan kita pada rencana Allah.

Petrus berbicara tentang masalah ini berulang kali: "Akan tetapi, jika kamu menderita karena berbuat baik dan kamu menerimanya dengan tabah, tindakanmu itu berkenan di hadapan Allah" (1Ptr. 2:20, AYT), dan "Siapakah yang akan mencelakaimu jika kamu rajin melakukan hal yang baik? Namun, seandainya kamu harus menderita demi kebenaran, maka kamu akan diberkati" (1Ptr. 3:13-14, AYT).

Carilah frasa kecil "Ia duduk" yang sangat penting dalam konteks Ibrani 10:11-12 (AYT): "Setiap imam melakukan pelayanan hariannya dari waktu ke waktu untuk mempersembahkan kurban yang sama, yang tidak pernah dapat menghapuskan dosa; tetapi Kristus, setelah mempersembahkan kurban karena dosa, satu kali saja untuk selama-lamanya, Ia duduk di sebelah kanan Allah."

Yesus tidak duduk sampai pekerjaan-Nya selesai. Tuhan sedang bekerja di dalam kita dan melalui kita -- melalui perbuatan baik -- terkadang dalam menghadapi kesulitan. Sekarang bukan waktunya untuk "duduk". Inilah waktunya untuk bekerja: "Kita harus melakukan pekerjaan-pekerjaan Dia yang mengutus Aku selama hari masih siang; malam akan datang saat tidak ada seorang pun dapat bekerja" (Yoh. 9:4, AYT).

Demi Kemuliaan Allah

Akhirnya, Petrus memberi tahu kita bahwa kita harus "Jagalah tingkah lakumu yang baik di antara orang-orang yang belum percaya supaya apabila mereka memfitnahmu sebagai pelaku kejahatan, mereka dapat melihat perbuatanmu yang baik, dan akan memuliakan Allah pada hari pelawatan" (1Ptr. 2:12, AYT). Pernahkah Anda mendengar alasan orang-orang yang tidak percaya untuk tidak datang ke gereja: "Ada terlalu banyak orang munafik di dalam gereja!" Itu karena seringnya perbuatan kita tidak memuliakan Allah.

Melakukan perbuatan baik dengan motivasi selain dari hati yang diubah oleh Injil selalu membawa noda daripada kemuliaan bagi nama Allah. Linda bisa saja menyelipkan traktat Injil di kotak surat tetangganya setiap hari, tetapi jika kabar baik itu tidak dibungkus dengan perbuatan baik yang dimotivasi oleh kasih dan rasa syukur, tindakannya mungkin pada akhirnya tidak akan membawa kemuliaan bagi Allah. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Crossway
Alamat situs : https://crossway.org/articles/the-discipline-of-good-deeds
Judul asli artikel : The Discipline of Good Deeds
Penulis artikel : Barbara Hughes