Sepuluh Akibat Pemuridan yang Buruk di dalam Gereja

Oleh Chuck Lawless
 
Saya telah menulis di tempat lain tentang pemuridan di dalam gereja, yang meliputi cara untuk mengevaluasi strategi pemuridan dan bagaimana agar tidak menetapkan proses itu. Dalam tulisan mendatang, saya akan membahas cara untuk memperkuat pendekatan memuridkan gereja. Akan tetapi, di sini, berikut adalah sepuluh akibat yang dilihat oleh konsultan Lawless Group kami ketika sebuah gereja tidak melakukan pemuridan dengan baik.

Buta Alkitab. Mendengarkan khotbah dan menghadiri kelompok kecil adalah bagus sekali untuk mempelajari Firman Allah, tetapi meski banyak orang percaya yang melakukan kedua hal itu tetapi masih sedikit sekali yang mengetahui Firman Allah. Pemuridan yang kuat memperdalam pengetahuan yang didapatkan dan menolong orang-orang percaya untuk mengaplikasikan kebenaran-kebenaran dalam Alkitab.

Pergumulan iman. Itulah yang terjadi ketika orang-orang tidak benar-benar mengetahui Firman Allah. Kurangnya pengetahuan membuat mereka menjadi sulit untuk memercayai Allah ketika menghadapi rintangan dan kegagalan mereka sendiri.

Fokus ke dalam. Gereja biasanya lalai hingga berfokus ke dalam; yaitu, perhatian mereka lebih banyak pada diri mereka sendiri daripada orang lain. Hanya strategi yang disengaja yang akan mengarahkan orang-orang percaya kepada Firman Allah dan Amanat Agung itulah yang bisa mengubah fokus tersebut. Itulah yang dikerjakan pemuridan.

Kehilangan anggota gereja. Orang-orang harus tahu Injil untuk menanggapi Injil dan memproklamasikan Injil kepada orang lain. Jika tidak diajar dan diperlengkapi, bagaimana mereka bisa cukup tahu mengenai Injil untuk mengevaluasi kehidupan mereka sendiri dan kemudian menginjili orang lain?

Para pemimpin yang tidak memenuhi syarat. Gereja seringkali memilih para pemimpin berdasarkan pada kesetiaan dan kesediaan mereka. Kedua ciri-ciri ini penting, tetapi pemuridan yang buruk terkadang membawa orang-orang yang setia dan sedia, tetapi tidak memenuhi syarat ke dalam posisi kepemimpinan.

Ketika satu generasi tidak dimuridkan, maka generasi berikutnya juga menanggung resikonya.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Perengek terus-menerus. Ini adalah yang paling tidak dapat terelakkan ketika pemuridan itu kurang. Orang-orang percaya bayi tetap adalah bayi kecuali mereka diberi makan dan belajar untuk memberi makan diri mereka sendiri. Bayi yang tidak pernah bertumbuh besar, tetapi yang memimpin, seringkali menjadi perengek.

Pergumulan Dosa. Satu alasan orang-orang percaya terus-menerus bergulat dengan dosa adalah bahwa mereka tidak pernah diajari cara untuk mengatasi pencobaan. Adalah sulit untuk memenangkan pepeperangan jika Anda tidak mengerti senjata yang ada untuk Anda kenakan.

Keluarga yang lemah. Bahkan, pernikahan Kristen yang sehat dan pengasuhan anak yang berpusat-pada-Allah dengan kuat adalah hasil pemuridan. Ketika kita menganggap pasangan dan orang tua bisa begitu saja “mendapatkan jawaban yang benar” terlepas dari ajaran gereja, kita seringkali terbukti keliru.

Gereja yang tanpa kuasa. Berkat Allah ada pada gereja yang berjalan bersama dengan Dia di dalam ketaatan dan berdoa kepada Dia dalam kebergantungan. Akan tetapi, orang-orang yang tidak dimuridkan, jarang taat atau berdoa – maka gereja berjalan bergerak tanpa kuasa Allah.

Permasalahan yang berkaitan dengan generasi. Ketika satu generasi tidak dimuridkan, maka generasi berikutnya juga menanggung resikonya. Lingkaran yang tidak sehat, tidak alkitabiah berlanjut, dan gereja menderita selama berabad-abad – meskipun (dan inilah bagian dari tragedinya), mereka tidak selalu mengenali masalahnya karena mereka belum diperlengkapi untuk melakukannya juga. 


Akibat lain apa lagi dari pemuridan yang lemah yang Anda temukan? (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Church Leaders.com
URL: https://churchleaders.com/outreach-missions/outreach-missions-articles/330586-10-results-of-poor-discipleship-in-the-church-chuck-lawless.html
Judul asli artikel: 10 Results of Poor Discipleship in the Church
Penulis artikel: Chuck Lawless 
Tanggal akses: 10 Agustus 2018