oleh Brad Waller
Untuk pertama kalinya dalam sejarah negara kita, empat generasi tinggal dan bekerja bersama-sama. Ada generasi Traditionalis (lahir 1925-1945), Baby Boomers (1946-1964), Generasi X (1965-1980), dan ledakan demografis berikutnya, Millennials (1981-1999). Masing-masing generasi ini telah secara unik dipengaruhi oleh dunia di mana mereka dibesarkan.
Generasi tradisionalis hidup melewati dua perang dunia dan Depresi Besar (krisis keuangan yang bisa dikatakan terjadi secara global yang menghancurkan ekonomi Negara Industri dan Negara Berkembang - Red.). Baby Boomers diperkenalkan ke televisi selama tahun kelahiran mereka. Generasi X dipengaruhi oleh munculnya saluran berita kabel AS yang tayang dua puluh empat jam, di mana mereka menyaksikan efek kekejaman kehidupan di dunia yang sudah jatuh dalam dosa pada semua waktu di siang dan malam. Millennials tumbuh dalam "dunia maya" dari media sosial, kelas online, dan teknologi yang tampaknya diperbarui setiap saat.
Dengan keragaman generasi seperti itu dan semua tantangan yang merambah setiap demografis, bagaimana gereja dapat secara efektif memuridkan masing-masing kelompok ini dengan cara yang menghormati Kristus?
Kecenderungan kita adalah menginginkan dan membentuk pelayanan yang ditujukan pada setiap demografi secara berbeda. Tetapi kondisi manusia sama, tidak peduli kapan kita dilahirkan. Upah dosa tidak dibedakan berdasarkan umur.
Oleh karena itu, apa pun tantangan khusus untuk menyampaikan Injil kepada setiap generasi, maka hal itu mereka dibayang-bayangi oleh faktor-faktor yang sama-sama ditemukan pada setiap generasi.
Donald Grey Barnhouse berkata:
"Manusia adalah sama hari ini sampai seterusnya. Dia adalah pemberontak melawan Tuhan. Dia mungkin, dalam beberapa generasi, menyembunyikan pemberontakannya sedikit lebih hati-hati daripada di lain waktu, tapi tidak ada perubahan di dalam hatinya. Orang-orang yang membangun kota melawan Allah pada zaman Babel memiliki kebencian yang sama dengan apa yang dimiliki orang-orang yang memaku Tuhan Yesus Kristus di kayu salib."
Jadi tugas gereja adalah sama, terlepas dari perbedaan usia atau generasi, dan tugas itu diberikan kepada para Rasul oleh Tuhan kita Yesus:
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28: 19-20)
Pemuridan adalah proses di mana kita berusaha untuk mengajarkan kepada orang lain tentang Firman Tuhan. Perhatikan bahwa Amanat Agung tidak hanya untuk mengajar orang-orang yang Tuhan perintahkan, tetapi untuk mengajarkan kepada mereka agar "memperhatikan" atau "mematuhi" semua yang Dia perintahkan. Ada perbedaan yang sangat jauh antara mengajar seseorang dengan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan dan mengajar mereka agar mematuhi semua yang Dia perintahkan. Yang satu melalui kata-kata, yang lain melalui cara hidup. Mengajarkan seseorang untuk agar mematuhi perintah Tuhan membutuhkan intensionalitas dalam konteks hubungan sepanjang rentang waktu seumur hidup.
Meskipun kata pemuridan tidak pernah digunakan dalam Alkitab, Yesus mewujudkan pemuridan dalam semua yang Dia katakan dan lakukan saat Dia datang dan tinggal di antara kita. Dia, secara harafiah adalah, Firman yang menjadi manusia (Yohanes 1:14). Sewaktu kita mempelajari bagaimana Yesus berinteraksi dengan orang lain di dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini, kita belajar seperti apa pemuridan itu.
Murid-murid diajarkan untuk mematuhi Firman Tuhan dengan apa yang mereka dengar melalui yang Yesus ajarkan, tetapi yang sama penting, melalui apa yang mereka lihat tentang yang Yesus lakukan. Sang Guru tidak pernah menginstruksikan kepada murid-Nya untuk melakukan apapun yang tidak Dia lakukan terlebih dahulu. Dia yang menyuruh murid-Nya untuk "pergi" (Matius 28:19) adalah Dia yang pergi dari Bapa-Nya "ke dalam dunia" (Yohanes 16:28). Dia yang mengatakan "yang pertama akan menjadi yang terakhir" (Matius 20:16) adalah Dia yang membasuh kaki murid-murid-Nya (Lukas 13: 1-17). Dan, Dia yang melalui Paulus menyuruh mereka untuk “dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri” (Flp 2: 3) adalah Dia “yang telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (ayat 8).
Panggilan kita untuk pemuridan adalah panggilan untuk mengikuti teladan Tuhan kita di hadapan orang lain. Sewaktu kita berusaha untuk hidup sesuai dengan anugerah Tuhan, kita mengajarkan kepada orang lain. Bahkan, pergumulan kita menunjukkan kepada orang-orang di sekitar kita bahwa sesungguhnya oleh kasih karunia saja melalui iman kita diselamatkan.
Perhentian kita di dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini adalah dari kelahiran sampai kematian. Pelajaran yang kita pelajari di setiap tahap adalah pelajaran yang kita sampaikan kepada orang lain (2 Timotius 2: 2). Oleh karena itu, anak-anak membutuhkan orang tua yang berusaha mewujudkan Injil di rumah mereka setiap hari melalui hubungan cinta dan keyakinan keluarga. Remaja membutuhkan orang tua dan anggota gereja yang lebih tua untuk menceritakan bagaimana mereka telah mengalami doktrin-doktrin besar Alkitab. Mahasiswa yang berasal dari keluarga yang hancur harus belajar dari pria dan wanita dewasa yang saleh bagaimana menjadi suami, isteri, ayah, dan ibu yang saleh. Keluarga muda melihat ke setiap anggota gereja untuk memenuhi sumpah baptis mereka dalam membantu pengasuhan anak mereka dengan mengajar sekolah Minggu dan bekerja di kelas kanak-kanak. Pemuridan adalah untuk semua tahap kehidupan.
Melalui kuasa Roh Kudus, semoga kita berusaha untuk secara efektif memuridkan setiap usia/generasi dengan Firman Allah yang tidak berubah. (t\Dita)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Ligonier
URL: https://www.ligonier.org/learn/articles/discipling-every-age/
Judul asli artikel: Discipling Every Age
Penulis artikel: Brad Waller
Tanggal akses: 7 Oktober 2018