Mengasuh anak itu menakutkan. Pengasuhan Kristen dapat terasa lebih menakutkan ketika kita mempertimbangkan tanggung jawab kita untuk memuridkan anak-anak kita. Dalam Ulangan 6:7, Musa menginstruksikan umat Allah untuk rajin mengajarkan perintah Yahweh kepada anak-anak mereka "ketika kamu duduk di rumahmu, ketika kamu sedang dalam perjalanan, ketika kamu sedang berbaring, dan ketika kamu bangun."
Ekspektasi tentang pengajaran sepanjang waktu itu mungkin tampak lebih mudah dilakukan jika kita menyadari bahwa Ulangan 6:7 lebih tentang percakapan organik daripada latihan menghafal Kitab Suci tanpa henti. Kita dapat berbicara tentang Allah dengan anak-anak kita di antrean mobil, pada waktu tidur, dan ketika mereka bangun dari mimpi buruk. Tetapi salah satu cara terbaik kita dapat memicu percakapan yang membantu anak-anak memahami dunia Allah dan Firman Allah adalah dengan membacakan cerita untuk mereka.
Kita dapat melakukan ini dengan membaca cerita-cerita Alkitab dan sumber-sumber lain dari penerbit Kristen, tetapi kita juga dapat memuridkan ketika kita membaca buku-buku bergambar sekuler dan novel-novel klasik. Membacakan cerita memberikan pengalaman bersama dan umpan yang sangat baik untuk mendiskusikan bagaimana perintah Allah dapat diterapkan (atau salah diterapkan) dalam skenario yang menarik.
Memperluas Imajinasi Moral
Sebagai orang Kristen yang dibentuk-Injil, kita ingin menghindari moralisme sambil tetap mengajar anak-anak kita tentang bagaimana menaati Allah, orang tua mereka, dan hukum masyarakat yang adil. Cerita yang baik mengambil formasi moral di luar ranah abstraksi dan masuk ke ranah imajinasi.
Ketika keponakan saya masih kecil dan saya selesai membacakan cerita untuknya, dia akan mulai mengucapkan kata-kata tanpa suara seolah-olah dia menceritakan kisah itu lagi kepada dirinya sendiri. Ini adalah gambaran dari apa yang kita semua lakukan ketika sebuah cerita melibatkan imajinasi kita. Kita mengulangnya dalam pikiran dan ingatan kita setelah selesai.
Ketika kita membacakan cerita kepada seorang anak, kita baru saja berbagi pengalaman yang ada dalam cerita kepada dia. Jadi kita bisa tahu dan berinteraksi dengan apa yang sekarang sedang dia hidupkan kembali dalam imajinasinya.
Salah satu cara berinteraksi tentang sebuah cerita adalah dengan mengajukan pertanyaan yang menghubungkan tema cerita dengan kehidupan anak. Hal ini membuat kegiatan membacakan cerita menjadi semacam permainan peran, membantu anak mengetahui hal yang benar untuk dilakukan dalam suatu situasi sebelum mereka dihadapkan pada dilema moral yang serupa dalam kehidupan nyata.
Katakanlah Anda baru saja membaca The Emperor's New Clothes. Ini adalah cerita yang konyol, dan Anda bisa menertawakannya bersama! Meski begitu, anak Anda akan menghadapi banyak situasi nyata di mana tidak bergaul dengan orang banyak tampaknya sangat memalukan. Cerita ini memberi Anda kesempatan untuk berbicara tentang mengapa semua orang di kerumunan mungkin berpura-pura kaisar mengenakan pakaian, dan mengapa kita harus melakukan atau mengatakan apa yang benar bahkan ketika tidak ada orang lain yang melakukan atau mengatakannya.
Juga bermanfaat untuk berbagi cerita yang dapat Anda rujuk kembali ketika pertanyaan tentang karakter muncul secara alami dalam kehidupan. Katakanlah keluarga Anda telah membaca Horton Hears a Who! oleh Dr. Seuss. Dalam cerita ini, seekor gajah menemukan dan melindungi populasi kecil Whoville. Terdapat kalimat yang mudah diingat, "Seseorang adalah seseorang tidak peduli seberapa kecil dia." Kemudian suatu hari, jika Anda mengamati putra Anda yang berusia 4 tahun melakukan hal buruk terhadap adiknya, merampas barang-barang dari adiknya yang masih bayi, atau bersikap kasar, itu akan menjadi saat yang tepat untuk mengungkit Horton and the Whos. Tanyakan kepada putra Anda bagaimana Horton memperlakukan Whos dan mengapa dia melindungi mereka. Tanyakan padanya apakah dia ingin menjadi seperti Horton, dan bagaimana Horton bisa memperlakukan adik bayinya.
Dalam kedua contoh ini, cerita sekuler telah mengisi imajinasi anak dengan skenario di mana perintah dan prinsip alkitabiah harus diterapkan. Keluaran 23:2 (AYT) mengatakan, "Jangan kamu ikut-ikutan dengan orang banyak dalam hal melakukan kejahatan." The Emperor's New Clothes menggambarkan mengapa orang mungkin mengikuti apa yang mereka tahu salah, serta kebodohan pilihan ini. Horton Hears a Who! sangat cocok dengan Matius 18:10, "Perhatikanlah, jangan kamu meremehkan satu dari anak-anak kecil ini." Di mata Allah, kita semua kecil dan sangat rentan, tetapi kita juga diciptakan menurut gambar-Nya (Kej. 1:27). Ketika kita memperlakukan yang paling kecil dan paling lemah dengan penuh perhatian yang lembut, kita sedang hidup sesuai jalan Allah.
Tidak Pernah Terlalu Tua untuk Membacakan Cerita
Kita terbiasa membacakan buku bergambar karena anak kecil tidak bisa membaca sendiri. Namun demikian, saya harap Anda tidak akan berhenti membacakan untuk anak-anak Anda ketika mereka sudah dapat membaca sendiri. Jika Anda berhenti membacakan cerita, Anda akan kehilangan pengalaman imajinasi moral bersama yang berasal dari mengalami sebuah cerita bersama. Saya tidak percaya bahwa ada usia di mana anak sudah terlalu besar untuk mendengarkan Anda membacakan cerita, meskipun ketika anak-anak bertambah besar, mereka mungkin ingin membacakan untuk Anda.
Buku-buku bab fiksi yang ditulis oleh orang-orang Kristen, seperti The Chronicles of Narnia atau kisah The Wingfeather, secara alami dapat mengarahkan percakapan kepada Allah. Biografi orang Kristen dari masa lalu, terutama jika memuat kekurangan dan kelebihan seseorang, dapat memperluas wawasan anak-anak tentang seperti apa kehidupan Kristen itu.
Pemuridan melalui membacakan cerita bahkan dapat berkembang melampaui buku-buku yang jelas bertema Kristen. Saya dapat memikirkan banyak buku hebat yang membentuk kehidupan dan perjalanan rohani saya sendiri karena buku-buku itu mencerminkan sesuatu yang benar tentang dunia. Bahkan membaca buku yang menggambarkan karakter Kristen secara negatif dapat menjadi kesempatan yang sangat baik untuk berbicara dengan anak Anda tentang mengapa beberapa orang mungkin menyebut nama Kristus tetapi tidak mematuhi perintah-Nya.
Emily Dickinson menulis, "Kebenaran harus menyilaukan sedikit demi sedikit atau setiap orang akan menjadi buta." Ketika kita membaca cerita dengan anak-anak kita dan mendiskusikannya, kita menciptakan kesempatan bagi kebenaran untuk "menyilaukan sedikit demi sedikit." Kita perlu memberi mereka instruksi langsung melalui pengajaran Alkitab dan doktrin-doktrin iman kita kepada mereka. Tetapi dengan berbagi cerita yang baik, kita juga dapat membantu mereka melihat bagaimana iman dapat bekerja di dalam dunia -- sambil bersenang-senang bersama saat melakukannya. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
Alamat situs | : | https://thegospelcoalition.org/article/storytime-family-discipleship |
Judul asli artikel | : | Storytime: Family Discipleship's Secret Weapon |
Penulis artikel | : | Betsy Childs Howard |