Tidak Ada Waktu untuk Memuridkan?

Minggu lalu, blog ini berfokus pada pentingnya komunitas iman bergabung dengan para orang tua dan pengasuh dalam pekerjaan pemuridan yang disengaja. Itu memicu percakapan yang cukup hangat dengan beberapa orang dan satu hal yang diangkat adalah sesuatu yang sering ditanyakan para orang tua dan pengasuh kepada saya: "Bagaimana?" Biasanya, pertanyaannya juga disertai dengan penjelasan seperti ini:

"Kami sangat sibuk (lelah, jadwal penuh) sehingga kami hampir tidak ada di rumah (bangun, bersama) dan ketika kami di rumah, kami hanya ingin istirahat (santai, menonton TV) tidak berusaha melakukan aktivitas agama (melakukan devosi keluarga, percakapan tentang iman).

Kesimpulannya biasanya terdengar seperti, "Saya tahu itu tidak benar, tetapi saya bahkan tidak tahu harus mulai dari mana."

Saya merasa bahwa saya benar-benar hidup seperti itu. Keluarga kami seperti kebanyakan dari keluarga Anda juga menjalani kehidupan yang sibuk. Saat ini, kami semua, dari yang termuda hingga yang tertua adalah pelajar, di lima sekolah yang berbeda, melakukan kegiatan mulai dari musik hingga buku tahunan, dan kami bertiga juga bekerja. Kalender kami benar-benar penuh warna dengan janji, acara, dan kegiatan rutin.

Dan, pemikiran untuk menambahkan sesuatu yang lain ke dalamnya, terutama sesuatu yang disengaja seperti waktu devosi keluarga atau percakapan tentang iman, dapat terasa sangat berlebihan.

Namun, pada titik inilah, kita tergoda untuk berkata, "Lupakan saja. Anak-anak hanya perlu mendapatkan hal-hal tentang Yesus di gereja." Dan, pemikiran seperti itu mengarah pada pelepasan tanggung jawab unik kita untuk membesarkan anak-anak kita dalam iman serta kesediaan untuk mengabaikan fakta yang sangat nyata bahwa orang tua dan pengasuh, bukan para pendeta, memiliki pengaruh terbesar pada iman anak mereka, entah itu disengaja atau tidak.

Bolehkah saya menawarkan perspektif yang berbeda; cara berpikir lain?

Mungkinkah ketika tuntutan untuk "mengajarkan semuanya itu terus-menerus kepada anak-anakmu" diberikan dalam Ulangan 4, itu bukan sekadar panggilan untuk devosi keluarga? Bahwa mungkin apa yang Allah pikirkan adalah untuk sedikit lebih terlibat daripada itu?

Bagaimana jika alih-alih menambahkan hal lain ke kalender kita, kita mencari cara untuk secara sengaja mengundang Allah ke dalam apa yang sudah kita lakukan?

Bagaimana jika alih-alih berkata, "Tidak ada waktu untuk berbuat lebih banyak" kita mulai berkata, "Kita akan mempersilakan Allah melakukan lebih banyak dengan waktu kita."

Dalam perikop Ulangan yang terkenal itu, ada empat momen pemuridan yang disebutkan: Bangun pada pagi hari, tidur pada malam hari, duduk di rumah, dan meninggalkan rumah (sepanjang jalan). Di seluruh dunia, hal-hal ini terjadi setiap hari. Kita semua bangun, kita semua tidur, kita semua duduk, kita semua pergi.

Saya merasa sangat menarik bahwa inilah momen-momen (yang dimaksud ketika) Allah berkata, "Berbicaralah kepada anak-anakmu tentang Aku."

Momen paling biasa dan normatif hari ini menjadi momen luar biasa untuk memuridkan anak-anak kita dalam iman.

Jadi, kembali ke pertanyaan awal "Bagaimana?"

Dengan hanya mengundang Kristus ke dalam kalender Anda, ke dalam setiap momen, ke dalam setiap aktivitas. Dimulai dengan hanya satu komentar, satu refleksi, satu jeda untuk mengalihkan fokus kita dari duniawi ke yang abadi.

Pada sebuah lokakarya yang pernah saya lakukan untuk keluarga hamba Tuhan, saya meminta orang-orang menuliskan beberapa kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan selama empat momen ini. Misalnya, apa yang mereka lakukan setiap pagi ketika mereka bangun? Kemudian saya bertanya kepada mereka, "Sekarang pertimbangkan, bagaimana Anda dapat mengundang Allah ke dalam momen-momen itu?" Seorang wanita berkata, "Saya tidak berpikir Yesus dapat bergabung dengan saya saat saya menyikat gigi?" Saya menantangnya untuk menjadi kreatif dan melihat apakah ada sesuatu yang bisa dia pikirkan untuk mengundang Kristus ke dalam momen yang paling biasa itu.

Beberapa bulan kemudian, saya bertemu dengannya dan dia berkata, "Oh, saya hanya ingin memberitahu Anda. Saya menerima tantangan Anda. Saya memiliki ide untuk mulai menulis ayat-ayat Alkitab dan kata-kata yang menyemangati untuk keluarga saya dan menggunakan post-it untuk menggantungnya di cermin di kamar mandi. Sekarang, setiap hari ketika mereka menyikat gigi, mereka membaca firman Allah untuk hari itu. Kami semua melakukannya sekarang. Itu sudah menjadi 'sesuatu' di rumah kami. Terima kasih telah mendorong saya untuk berpikir tentang bagaimana mengundang Allah masuk."

Wow. Menyikat gigi sebagai pemuridan. Jika mungkin ada aktivitas non-spiritual yang lebih duniawi di planet ini, saya tidak dapat memikirkan apa yang akan terjadi. Akan tetapi, ketika Kristus diundang ke ruang tersebut, itu menjadi luar biasa.

Bagaimana dengan kita? Di mana dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengundang Allah? Bisakah kita berbicara tentang sebuah ayat saat kita berkendara ke latihan sepak bola? Bisakah percakapan makan malam kita membuka pintu untuk membahas bagaimana Allah mengasihi kita dan hidup melalui kita? Mungkinkah malam menonton film menjadi kesempatan untuk menanamkan perintah Allah ke dalam hati mereka? Bisakah Allah menemui kita saat kita menidurkan anak-anak kita ke tempat tidur setiap malam?

Pemuridan di rumah bukan tentang berbuat lebih banyak; ini tentang mengundang Kristus ke dalam apa yang sudah Anda lakukan. Ini tentang menanamkan hati Allah ke dalam hati anak-anak kita pada momen sehari-hari sehingga menjadi seorang Kristen bukan tentang pergi ke gereja atau mengelola dosa atau bahkan membaca Alkitab, melainkan tentang menjalani setiap saat dengan hati yang berpaling kepada Allah dan kehidupan yang mencerminkan kasih-Nya. Ini adalah tentang menghasilkan murid.

"Perhatikanlah dengan saksama bagaimana kamu hidup, jangan seperti orang bebal, jadilah bijak. Pergunakanlah waktu yang ada dengan sebaik-baiknya" Ef. 5:15, 16a (AYT)

(t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Church Leaders
Alamat situs : https://churchleaders.com/outreach-missions/outreach-missions-articles/368975-no-time-to-make-disciples.html
Judul asli artikelt : No Time to Make Disciples?
Penulis artikel : Christina Embree