Bagaimana Yesus Menyadarkan Saya akan Kedaulatan-Nya
Kita diberitahu bahwa "Firman Allah itu hidup dan berkuasa," bahwa itu dapat menusuk jauh sampai memisahkan jiwa dan roh serta sanggup menilai "pikiran dan kehendak hati" (Ibrani 4:12, AYT). Ini menjadikan Alkitab, tempat penyimpanan firman Allah yang diilhami oleh Roh Kudus dan otoritatif, tempat perjumpaan dengan Allah yang hidup. Sering kali, pembacaan Alkitab bukanlah pengalaman yang dramatis. Akan tetapi, ada kalanya Firman mengungkapkan dirinya dalam kata dengan cara yang begitu luar biasa, kita pun secara sadar merasa tidak lagi sama.
Izinkan saya membagikan perjumpaan yang penuh kuasa dengan Yesus yang saya alami pada suatu pagi musim panas di Manila, tepat sebelum ulang tahun saya yang kedua puluh. Saya sedang melakukan saat teduh pagi ketika Dia menyadarkan saya tentang doktrin pilihan, meskipun saya belum tahu apa itu Calvinisme. Dia juga menyatakan kepada saya sebuah kehidupan yang mengejar sukacita terbesar saya dalam diri-Nya, meskipun saya tidak tahu apa itu Hedonisme Kristen. Apa yang terjadi pagi itu, 36 tahun yang lalu, telah mengubah jalan hidup saya.
Perjumpaan dengan Yesus
Saya berada di Filipina untuk berpartisipasi dalam Sekolah Pelatihan Pemuridan selama enam bulan yang diselenggarakan oleh Youth With A Mission (YWAM). Selama sesi pengajaran malam sebelumnya, seorang pengajar tamu sangat menegaskan bahwa semua orang Kristen yang ingin berbuah dan efektif dalam pelayanan mereka kepada Kristus perlu memperoleh dan mempraktikkan karunia rohani tertentu. Jika tidak, hidup dan pelayanan mereka akan terganggu karenanya.
Ini sangat menggelisahkan saya, sebagian karena saya tidak memperoleh karunia ini, dan sebagian karena saya tidak melihat penekanan ini dalam Kitab Suci. Saya juga mengenal orang-orang Kristen yang mempraktikkan dan tidak mempraktikkan karunia ini, dan saya tidak melihat korelasi semacam itu dalam produktifitas mereka. Namun, bagaimana jika saya salah? Bagaimana jika keragu-raguan saya adalah tanda-tanda dari menolak Roh Kudus?
Jadi, pagi itu saya memulai saat teduh saya dengan sungguh-sungguh berdoa agar Allah memberi saya pengertian. Saya membuka Alkitab saya untuk bacaan hari itu, yang kebetulan adalah pasal 15 dari Injil Yohanes.
Tiba-tiba, ketika saya mulai membaca, seolah-olah Yesus ada di sana. 17 ayat pertama segera menarik perhatian saya. Firman Tuhan menjadi sangat hidup dan berkuasa saat Roh Kudus menjelaskannya kepada saya. Dan, saya mendengar Yesus sendiri dengan tegas menyatakan apa yang paling dibutuhkan semua orang Kristen agar berbuah dan efektif: "Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, dialah yang menghasilkan banyak buah, karena di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yohanes 15:5). Pesannya untuk saya pagi itu jelas: kehidupan yang berbuah tidak membutuhkan karunia rohani tertentu; tetapi itu butuh memercayai Yesus. Damai sejahtera pun memenuhi saya.
Dia yang Memilih Terlebih Dahulu
Ketika saya sampai pada ayat 16, apa yang Yesus katakan membuat saya sangat terkesan. Ini, bahkan lebih dari ayat 5, mereformasi pemahaman saya tentang apa yang membuat seorang Kristen berbuah dan efektif:
"Bukan kamu yang memilih Aku, melainkan Akulah yang memilih dan telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu tetap sehingga apa pun yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, Dia akan memberikannya kepadamu." (Yohanes 15:16, AYT)
Saya tidak dibesarkan di gereja yang mengajarkan teologi Reformed. Sampai saat itu, saya tidak terlalu memikirkan doktrin pilihan, jadi saya tidak begitu memahaminya. Kesan saya yang tidak dewasa dan arogan adalah bahwa itu merupakan salah satu doktrin yang tidak penting dan kontroversial miliki orang-orang dengan terlalu banyak waktu, dan terlalu sedikit perhatian pada jiwa-jiwa yang tersesat dan terluka, suka perdebatkan.
Itu semua berubah ketika saya duduk terpesona, menatap kata-kata itu: "Bukan kamu yang memilih Aku, melainkan Akulah yang memilih kamu." Itu bukanlah kata-kata seorang pengajar dengan keyakinan teologis yang salah arah dan berlebihan. Bukan juga dari John Calvin. Bahkan bukan argumen yang otoritatif, tetapi sering diperdebatkan, dan rumit dari Rasul Paulus. Itu adalah kata-kata Yesus sendiri yang jelas, sederhana, gamblang, dan dapat dimengerti: Aku memilihmu.
Saat kata-kata itu meresap, pembaruan pikiran saya memulai transformasi dalam diri saya (Roma 12:2). Hidup saya dibingkai ulang. Ketika, pada usia 11, saya menanggapi undangan Injil di Camp Shamineau, saya tidak memilih Yesus; Yesuslah yang telah memilih saya. Implikasi besar mulai muncul: jika itu benar, maka Allah telah jauh lebih terlibat dalam pemeliharaan daripada yang saya pahami yang mengarahkan momen itu di Manila ketika saya merenungkan Yohanes 15. Itu menghancurkan, itu menundukkan, dan itu sangat berharga dan mulia melampaui kata-kata. Yesus telah memilih saya.
Dan, ini memenuhi saya dengan pengharapan saat saya melihat ke masa depan.
Dia Menetapkan Buah
Pengharapan saya berasal dari apa yang Yesus katakan selanjutnya, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih dan menetapkan kamu supaya kamu pergi...." Saya melihat bahwa ketika Yesus memilih murid-murid-Nya, Dia menetapkan mereka untuk melakukan "pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah [bagi mereka] sebelumnya" (Efesus 2:10). Saya belum tahu pekerjaan masa depan apa yang telah Tuhan tetapkan untuk saya, tetapi itu memenuhi saya dengan pengharapan untuk menyadari bahwa saya tidak menanggung beban utama untuk mencari tahu semuanya. Tuhan yang telah memilih saya, Dia juga sepenuhnya dapat mengarahkan saya ke dalam apa yang telah Dia tetapkan untuk saya.
Namun, itu belum semuanya. Yesus melangkah lebih jauh, "Aku memilih kamu dan menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu tetap." Kekaguman dan pengharapan saya bertambah-tambah ketika saya melihat bahwa produktifitas saya pada akhirnya bergantung, bukan pada karunia rohani tertentu, atau bahkan pada iman saya kepada Kristus, tetapi pada Yesus sendiri. Allah yang memilih saya untuk menjadi murid-Nya dan menetapkan saya untuk pekerjaan kerajaan saya sekarang dan yang akan datang, juga akan membuat saya berbuah dalam pekerjaan itu -- termasuk pekerjaan doa saya: "... sehingga apa pun yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, Dia akan memberikannya kepadamu."
Seiring berjalannya waktu, Yohanes 15:16 menjadi semacam lensa yang melaluinya saya melihat apa yang Yesus katakan sebelumnya dalam pasal tentang Pokok Anggur dan ranting-rantingnya (Yohanes 15:1-8). Dia menggambarkan interaksi misterius kedaulatan ilahi dan tanggung jawab manusia dalam tindakan. Kekuatan bagi saya (ranting) untuk menghasilkan buah semata-mata berasal dari tinggal di dalam Yesus (Pohon Anggur). Oleh karena itu, saya harus mengambil tanggung jawab saya untuk melakukan pekerjaan tinggal (mempercayai Yesus dalam segala hal). Namun, pada akhirnya, kekuatan untuk melaksanakan tanggung jawab saya berasal dari Pokok Anggur yang berdaulat, yang memilih saya sebagai ranting dan menetapkan tempat saya di dalam Pokok sehingga saya akan tinggal dan berbuah. Karena iman yang dibutuhkan untuk tinggal bukanlah perbuatan saya sendiri; tetapi itu sendiri adalah karunia dari Allah (Efesus 2:8).
Sehingga Sukacitamu Menjadi Penuh
Satu ayat lagi menerangi seluruh bagian yang saya baca pagi itu seolah-olah dalam cahaya yang hangat. Yesus berkata, "Hal-hal ini Aku katakan kepadamu supaya sukacita-Ku ada di dalammu sehingga sukacitamu menjadi penuh" (Yohanes 15:11). Yesus ingin saya penuh dengan sukacita. Lebih daripada itu, Dia ingin saya dipenuhi dengan sukacita-Nya! Lebih daripada itu, Dia sebenarnya mengupayakan agar saya mengalami sukacita-Nya dalam diri saya dengan mengucapkan hal-hal yang Dia katakan.
Seluruh pengalaman pagi itu luar biasa, dan saya tidak bisa menyerap sepenuhnya. Saya menceritakan di sini dengan kata-kata yang lebih jelas daripada yang bisa saya ungkapkan saat itu. Yesus menyadarkan saya akan hal-hal ini pagi itu, dan pemahaman saya bertambah seiring berjalannya waktu.
Misalnya, saya belum merenungkan secara mendalam apa yang Yesus maksudkan dengan sukacita-Nya yang membuat sukacita saya menjadi penuh sampai tiga tahun kemudian ketika saya diperkenalkan dengan ajaran John Piper tentang Hedonisme Kristen. Kemudian janji Yesus bahwa mereka yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya akan mengetahui kasih yang terbesar (Yohanes 15:9-14), sukacita yang sepenuhnya (Yohanes 15:11), dan buah yang paling berlimpah (Yohanes 15:1-8) mulai dibukakan ke saya dengan cara yang lebih mendalam. Dan, semakin saya mengerti, semakin saya menginginkan kehidupan itu. Sebab, kehidupan itu adalah esensi dari hidup (Yohanes 14:6). Dan, saya menginginkan Dia.
Pagi musim panas yang lembab di Manila itu, yang saya inginkan dari Yesus adalah kejelasan dari ajaran yang membingungkan. Akan tetapi, apa yang ingin Dia berikan kepada saya adalah wahyu tentang diri-Nya sendiri melalui kata-kata-Nya yang kemudian menyadarkan saya akan kedaulatan-Nya atas keselamatan saya, menanamkan benih Hedonisme Kristen, dan menetapkan arah saya untuk janji di masa depan. Dan, Dia melakukannya dalam waktu kurang dari satu jam.
Saya berharap semua saat teduh saya seperti itu. Sangat sedikit yang pernah seperti itu. Sebagian besar biasa-biasa saja. Yesus tampaknya lebih suka memberi kita apa yang kita butuhkan terutama melalui efek kumulatif dari pencarian kita sehari-hari yang setia dalam Kitab Suci. Akan tetapi, beberapa waktu luar biasa ketika saya berinteraksi dengan Firman Allah yang hidup dan berkuasa dalam kata-kata tertulis itu telah mengubah hidup saya.
Kisah ini saya bagikan untuk menyemangati kita semua untuk terus mencari Firman di dalam firman. Yesus tahu apa yang kita butuhkan saat kita membutuhkannya. Dan, ketika kebutuhan itu benar dan waktunya telah tiba, Dia yang memilih kita, menetapkan kita, dan membuat kita berbuah, akan datang dan melakukan lebih dari yang dapat kita doakan atau pikirkan. Dan, hidup kita pun tidak akan pernah sama lagi. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Desiring God |
Alamat situs | : | https://www.desiringgod.org/articles/you-did-not-choose-me |
Judul asli artikel | : | 'You Did Not Choose Me' -- How Jesus Awakened Me to His Sovereignty |
Penulis artikel | : | Jon Bloom |